Bismillah
Empat November kemarin sebuah
parade kecintaan terhadap Al Qur’an diperlihatkan oleh Muslim Indonesia. Aksi
damai yang menghadirkan dua jutaan orang di satu titik memukau dunia. Mereka
datang dari berbagai penjuru negeri, hanya dengan satu alasan, menjadi bagian
dari orang-orang yang insya Allah akan mendapat pembelaan dari Al Qur’an. Masya
Allah.
Pada titik yang lain, hampir di
seluruh bagian NKRI aksi damai serupa juga digelar. Kalkulasi kasar, tak kurang
dari 10 juta umat Islam turun ke jalan untuk menyuarakan tegaknya keadilan di
negeri Indonesia tercinta. Jutaan doa pun melangit dari lisan mereka yang belum
bisa menyertai, para ibu muda, pekerja yang tidak punya izin cuti, mereka yang
diuji dengan berkurangnya kesehatan dan lainnya yang berhalangan.
Di titik itu, ada rasa yang tak
bisa daku ungkap dengan kata. Saudara seiman ternyata ada dimana-mana, punya
cita mulia yang sama. Cinta dengan kitab suci dan para ulamanya.
Dengan izin dan penjagaan Allah,
insya Allah dua Desember 2016 akan menjadi saksi berikutnya betapa indah dan
kuatnya Islam. Dengan syarat, pemeluknya bersatu dan senantiasa bertakwa kepada
Allah.
Ya, ibarat kumpulan lidi yang
diikat dalam satu simpulan yang kokoh, maka perannya pun akan semakin nampak.
Demikian pula jika umat Islam bersatu, maka berbagai masalah negeri ini akan
bisa diatasi, insya Allah. Termasuk masih lemahnya perekonomian umat Islam di
negeri ini.
Hal tersebut terlihat dari masih
banyaknya umat Islam yang hidupnya tergantung pada belas kasihan orang lain.
Lihatlah para pengemis yang ada di sepanjang lampu merah. Demikian pula dengan
para pekerja (buruh) kasar yang bekerja siang dan malam untuk meninggikan tower
di sepanjang jalan protocol negeri ini. lihat pula banyak anak kecil yang putus
sekolah karena tak mampu membayar biaya pendidikan yang semakin sulit
terjangkau. Mereka, sebagian besar adalah saudara seiman kita.
Sedih, galau, gelisah melihat
fakta itu semua. Seringkali ada tanya, bagaimana mengubahnya? Secara, gaji
masih alhamdulillah, aset masih mau dibangun, keterbatasan masih menjadi alasan
untuk berkata pilu, “Sudahlah, pikirkan dirimu dahulu.”
Namun, pasca 411 ada suara batin
yang teriak bahagia. “Alhamdulillah, Eureka!”
Kita punya potensi besar untuk
memperbaiki ini semua. Tetap dengan syarat, bersatunya umat Islam dan takwa
kepada Allah.
Bayangkan jika 10, 20, 30 juta
umat Islam yang memiliki kelebihan dana 100
ribu sampai satu juta setiap bulannya, jika dikumpulkan akan mampu
menggerakkan perekonomian secara massif. Lapangan kerja baru bisa dibuka, UKM bisa
semakin diberdayakan, dan potensi kreativitas masyarakat dapat dikembangkan.
Belum lagi aksi menakjubkan yang
ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya. Menyambut para mujahid
Ciamis dengan segala apa yang mereka bisa. Karena Allah semata.
Kebersamaan, saling menolong
itulah yang kita perlukan untuk mengubah semuanya. Memang, kita hanya punya
kelebihan dana masih terbilang sedikit saja. Namun jika semua kita bersatu maka
dana itu akan bisa kita gunakan untuk hal-hal yang mungkin sebelumnya kita
anggap mustahil adanya.
Maskapai penerbangan, perhotelan,
retail, real estate, healthy center, rumah sakit, sekolah, dan tempat publik
lainnya akan kita warnai dengan nilai-nilai Islam. Caranya? Kita harus jadi owner, pemegang
saham, dirut, dan CEO nya. Mustahil? Gak! Dengan pertolongan Allah dan
persatuan umat Islam maka hal tersebut bias diwujudkan. Kita, akan menjadi
‘raja’ di negeri sendiri.
Harapan secara pribadi, semoga
pasca 411, 212, para ulama membentuk tim
khusus yang akan menggagas bagaimana agar dana umat bisa dipergunakan untuk
menguatkan ekonomi umat.
Insya Allah, kuatnya aqidah,
ibadah, akhlak, muamalah, harus kita upayakan secara menyeluruh. Islam akan kuat,
dengan aqidah yang benar, ibadah yang benar, akhlak yang mulia, dan muamalah
yang professional.
Nanti, ketika kau berkunjung ke
mall terbesar di negeri ini, maka kau akan takjub saat menyaksikan betapa
megahnya masjid di tengah mall tersebut, diletakkan di tempat yang paling
nyaman dan strategis. Saat adzan berkumandang, semua bergerak menuju satu
titik, merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Tinggi. Ternyata pemiliknya
adalah Bapak Harits Abdullah.
Saat hendak beli properti di
jantung kota, maka yang terlihat adalah keasrian, kesejukan, ramah lingkungan,
dan yang pasti bernafaskan Islam. Eh, selidik punya selidik, sang owner adalah
Bapak Ahmad Hudzaifi.
Mau olahraga dan berenang di
healthy centre, wew sejuknya mata karena aurat tak diumbar sesukanya. Ternyata
sang pengelola sekaligus pemiliknya adalah Bapak Ismail Abdurrahman.
Mau beli mobil, ternyata yang
empunya adalah Bapak Adib Alhaitsami.
Hehehe.
Amin.
Ayo bersatu!
411 212!
Belum ada tanggapan untuk "Aksi Super Damai Bela Islam dan Potensi Kebangkitan Ekonomi Umat"
Posting Komentar