Bismillah
Dunia yang semakin
tanpa batas membuat kita seolah kehilangan sekat. Segala yang ingin kita
ketahui maka dengan mudahnya dapat ditemukan, sebatas klik-an jari di gawai
milik kita.
Dunia mengalami
transformasi dalam segala lini. Dan itu menyebabkan beberapa nilai mengalami
pergeseran. Dahulu dianggap tabu, sekarang dianggap biasa. Berbagai keanehan
maupun kejanggalan perilaku tampak di derita banyak orang. Sharing informasi
yang belum jelas keabsahannya, pertikaian yang menanggalkan etika kesopanan
merebak di jagat maya, perilaku pamer yang seolah sudah diluar batas
kewajarannya.
Mudahnya akses
mendapatkan informasi apa saja, membuat kita harus punya benteng berlapis untuk
menyaring ada faedah atau sebaliknya. Namun tetap saja manusia punya bakat
khilaf bawaan sejak dari zaman dahulu kala. Maka terjerembab bukanlah suatu
kemustahilan. Keisengan membawa pada berbagai dampak, positif maupun negatif.
Keingintahuan akan berbagai hal (termasuk yang unfaedah) membuat kita
terpedaya. Salah satunya adalah keisengan ingin mengetahui kehidupan manusia
yang pernah berinteraksi dengan kita.
Efeknya ada dua.
Pertama, saat orang tersebut kita persepsikan punya hidup lebih baik menurut
kita, maka tak jarang nelangsa melanda. Namun saat sebaliknya yang ada dalam
persepsi kita maka syukur yang janggal kita rasa. Sedih dengan pencapaian orang
lain dan berbahagia dengan keterpurukan mereka? Aneh kan!
Maka, sebuah pengingat
jiwa hadir dalam gurun sahara. Memberi oase di tengah gersangnya jiwa.
Pengingat sebenar akan hakikat dunia. Pelajaran dalam Al-Quran tentunya. Surat
yang sering dibaca sewaktu sholat. Surat ke-102 (At-Takaasur), yang terdiri
dari 8 ayat. Adapun terjemahan dari at-takaasur adalah bermegah-megahan.
Ayat pertama “alhakumuttaktsur”
“alha” dalam bahasa Arab dalam bentuk lampau. Alha-yulhi-ilha, yang artinya
hiburan. Lahwu dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang membuat sibuk sehingga
mengalihkan dari hal yang harus dilakukan. Dapat diartikan sebagai hal-hal yang
mengalihkan perhatian dari hal penting yang harus dilakukan. Sehingga waktu
kita dihabiskan untuk hal-hal yang kurang produktif. Dan sekedar hanya untuk
mencari hiburan. Apapun itu, perbuatan yang kita lakukan hanya untuk sekedar
mencari hiburan dengan meninggalkan tugas utama maka hal tersebut masuk
kategori “ilha” atau yang membuat lalai.
Ayat ke-2 hingga ke-7
memberi penegasan akan bahaya dari lalai itu sendiri untuk kehidupan dunia dan
akhirat. Jika tidak berbenah maka hal tersebut akan menyebabkan penyelesan tak
berkesudahan.
Kemudian pada ayat ke-8
merupakan yang paling menakutkan. Bahwa Allah akan menanyakan semua nikmat yang
telah diberikan kepada kita. Semuanya tanpa ada yang tersisa. Dari nikmat
terkecil hingga yang terbesar, yang kita sadari ataupun yang luput dari
perhatian.
Maka surat At Takaatsur
menjadi bahan renungan bagi kita agar menjadikan semua nikmat yang Allah
berikan tidak melalaikan kita dari hal-hal produktif yang seharusnya kita
lakukan. Sebagai seorang hamba, maka tugas produktif kita tidak lain adalah
mengabdikan diri kepada agama Allah, menjadi sebaik-baik hamba.
Berikut terjemahan
Surat At-Takaasur:
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
(1)
Bermegah-megahan telah melalaikan (kamu)
(2)
Sampai kamu masuk ke dalam kubur
(3)
Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
(4)
Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu
akan mengetahui.
(5)
Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu
mengetahui dengan pasti,
(6)
Niscaya kamu benar-benar akan melihat
Neraka Jahim,
(7)
Kemudian kamu benar-benar akan
melihatnya dengan mata kepala sendiri,
(8)
Kemudian kamu benar-benar akan ditanya
pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).
Semoga Allah jadikan
kita hamba yang bersyukur dan produktif. Amin.
Pertengahan September 2018
Artikel lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Life is a test"
Posting Komentar