Apa kabar semuanya? Hayo, tebak apa isi tulisanku hari ini? Ini bukan rumus matematik or statistik ya, hehe.
Terinspirasi dari sebuah lagu zaman daku kecil dulu. Yang adem banget ketika mendengarnya. Dan ketika zaman udah berganti jadi zaman sekarang, pas ngedengarnya aku bukan hanya merasa adem, tapi juga membuat jiwaku ke printil-printil. Bahasa planet mana lagi lah ini... hehe
Daripada penasaran, kita langsung aja ke topik sesungguhnya ya
guys.
I open with this surah from the Holy Qur'an. In the name of Allah. "Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Melainkan mereka yang beriman dan beramal soleh, serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (QS 103: 1-3).
Selaku manusia yang punya banyak keterbatasan dan juga kekhilafan, ayat diatas kembali mengembalikan kewarasan kita tentang seringnya kita terlupa atau pura-pura lupa bahwa status kita adalah manusia, punya banyak keterbatasan. Keterbatasan itu kemudian kita sadari ketika dibenturkan dengan kenyataan yang ada yang bertolak belakang dengan keinginan kita. Pengennya semua berjalan baik tapi kenyataannya tidak. Pengennya ini tapi kenyataannya itu.
Tapi sadarkah kita bahwa Allah telah sekian lama memberi warning agar memperhatikan Lima hal ini sebelum Lima hal lain. Yang akan membuat hidup kita tidak mengalami kerugian seperti tertera di ayat sebelumnya. Apa saja ?
This is allPertama, Sehat Sebelum Sakit
Ayo, siapa yang gak pernah sakit alias sehat selalu tunjuk tangan! Gak ada kan. Semua kita pasti pernah merasakan kondisi sakit, tak berdaya. Mau ngapa-ngapain juga tak bisa. Makan tak selera, minum tak dahaga, tidur tak lena, apalagi mau mikir proyek, sudahlah lupakan saja.
Ketika sakit melanda apa yang pertama kali kita pikirkan? Ternyata sehat itu enak ya. Ternyata sehat itu penting ya. Ternyata sehat itu mahal ya. Hehehe. Dan kemudian kita pun tersadar telah menyia-nyiakan masa sehat. Kita pun merenung, apa yang sudah dilakukan dengan kesehatan yang Allah karuniakan? Lebih banyak diisi dengan hal-hal apa waktu sehat selama ini? Yang baik dan bermanfaatkah, atau kebalikannya?
So, yang lagi sehat ayo jaga kesehatan dan kita manfaatin untuk kebaikan. Yang lagi kurang sehat, cepat sehat
guys...
Kedua, Lapang Sebelum SempitMaksudnya, gunakan waktu lapang sebelum datang waktu sempit. Gak tahu apakah ini kebiasaanku saja, atau ada yang sama boleh tunjuk tangan. Kebiasaan menunda sampai menjelang tiba waktu eksekusi. Kalau ditanya alasannya kenapa? Bingung menjawabnya, mungkin lebih termotivasi dengan hal yang rempong kali ya. Tiba-tiba ada inspirasi datang menjelang
last time. To be honest, kebiasaan ini merugikan sekali. Di semua aspek, fisik maupun mental apalagi finansial. Belum lagi saat kita sedang bersibuk ria, ada hal-hal mendadak yang datang tiba-tiba. Yang mengharuskan kita memilih, padahal semuanya penting. Semakin oleng deh. Akhirnya kita harus menatap iba buku tabungan dan berkata,
bye bye proyek. Semoga nanti berjodoh (menghibur diri). Ini terjadi ya karena penundaan.
Agar hal merugikan tadi tidak terulang, mari gunakan waktu lapang sebelum datang waktu sempit. Karena gak ada yang tahu kan, satu jam lagi bakal terjadi apa.
Ketiga, Muda Sebelum TuaPernah denger tagline yang ini. "Muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk syurga". Yang beginian mah penipuan namanya. Yang ada adalah kalau muda hura-hura, tua minta-minta, mati masuk kerak neraka. Sadis kali kan! Masa muda itu harus diisi dengan karya
fren, ayo yang merasa masih muda, manfaatin waktu lo dengan karya. Jangan terhipnotis dengan iklan yang ambigu, "Puasin muda lo...". Kalau untuk hal positif sih okey banget ya.
Dalam sebuah hadits qudsi juga Allah berfirman, Allah lebih mencintai pemuda yang taat daripada orangtua yang taat. Allah melebihkan pemuda yang taat karena mereka punya kesempatan 'panjang' untuk bertaubat, punya segudang pilihan untuk menikmati kehidupan. Kemudian yang membuat mereka berbeda dari kebanyakan adalah ketika mereka memilih menunda kesenangan sesaat untuk sebuah kesenangan yang abadi. Ayo para pemuda, singsingkan lengan baju!
Keempat, Kaya Sebelum MiskinDefenisi kaya disini tidak melulu diukur dengan besaran nominal di ATM kita. Seorang ulama mengatakan bahwa ketika kita punya makanan untuk dimakan hari ini, punya minuman, dan pakaian untuk dikenakan, maka kita sudah termasuk kategori kaya. Atau saat fisik kita masih kuat untuk bekerja, akal kita masih
fresh untuk berpikir, maka kita pun sudah termasuk kaya. Untuk lebih menyadarinya, lihat sekeliling kita, ternyata banyak saudara yang sedang dilanda bencana, banyak yang mengiba karena tak punya cara lain untuk bertahan hidup, banyak yang terlilit hutang, banyak yang terlunta-lunta karena peperangan, dan kondisi prihatin lainnya yang tak satupun kita menginginkannya.
Sama dengan sebelumnya, sudah digunakan untuk apa masa kaya kita? Membantu sesama, atau kebalikannya.
Kelima, Hidup Sebelum MatiGuys, entah sudah berapa kali kita mendengar surau terdekat mengabarkan kematian seseorang. Bisa jadi orang yang kita kenal, atau orang asing yang kurang familiar bagi kita. Atau sudah berapa banyak orang yang kita kenal dekat apakah itu keluarga, sahabat, atau jiran tetangga yang mendahului meninggalkan kita. Mereka sama dengan kita, pernah hidup dan waktu mereka di dunia telah usai. Ketika waktu kita habis, kita pun akan meninggalkan dunia ini. Kita yakini itu sepenuhnya.
Satu hal lagi, kita tak bisa meminta kapan waktunya. Gak melihat apakah kita sudah siap atau tidak menyambutnya. Kematian itu suatu kepastian yang akan menyapa semua makhluk bernyawa.
Lagi, sudah siapkah kita jika ia datang dengan segera? Hidup yang entah berapa kejap lagi ini sudahkah diisi dengan sebaiknya? Akankah kelak disana kita termasuk orang yang puas dengan usaha di dunia? Atau terluka karena terlalu banyak alpa?
Tidakkah cukup wahai jiwa, kematian itu sebagai pengingat!
Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat.
Alhamdulillah
Jum'at Mubarok
Belum ada tanggapan untuk "Lima Sebelum Lima"
Posting Komentar