Bismillah
Oale, kok ada lah pertanyaan kekgini ya...
Tapi berhubung semua sepakat untuk membuat coretan tentang ini ya sudahlah, marilah kita upayakan apa yang sudah disepakati. Menepati janji itu kan insyaAllah dapat pahala. Apalagi Ramadhan..hehehee
Biasalah sesama perempuan, kalau sudah kumpul ada saja yang dibicarakan. Lihat rumah kontrakan berantakan, cucian menumpuk (belum menggunung ya), setrikaan sudah mau mendekati limit tak bisa ditoleransi, dapur jarang dikunjungi, dan tugas kerumahtanggaan yang banyak belum dieksekusi, jadilah seorang pendatang melempar tanya, "Seberapa perempuankah kamu?".
Seketika berderailah tawa, menertawai diri yang masih belajar jadi perempuan (kapan lulus ya?)
Ya, kami masih belajar, menjadi perempuan. Yang sebenarnya (selama ini masih ngakunya aja perempuan). Pas ada yang nge cek dan diberi skor, paling banter dapat 4, harus remedial deh.
Pertanyaan di atas cukup menarik plus menampar juga sebenarnya. Setiap perempuan juga sah sah saja kalau punya versi yang berbeda, ya tentang tanya tadi. Ada yang mungkin berpendapat, perempuan sejati itu harus mahir melaksanakan semua tugas sebagai perempuan (tugas domestik). Mulai dari masak, nyuci, nyetrika, membuat rumah apik, dan seterusnya. Kalau di deret bakal mengalahkan tugas perdana menteri. Serius
Namun ada juga yang sebaliknya, perempuan zaman sekarang itu gak perlu lagi deh repot ngurus tugas kerumahtanggaan seperti di atas. Zaman sudah berubah, berbagai kemudahan sudah hadir untuk membantu para perempuan. Mulai katering,
laundry, jasa
cleaning, dan lainnya. Tinggal yang perlu itu adalah, cari duit yang banyak bro. Hehee.
Atau banyak versi lainnya
Kalau kamu versi yang mana? Eh, kok malah nanya orang ya. Kan ini coretan mau intropeksi diri. Kalau aku ya...(ngaku gak ya, hehehe). Dulu sih (zaman kuliah) masuk kategori yang ke dua (
version two), ehm! Ngaku juga ternyata.
Ngerasa kalau tugas remeh temeh (tugas domestik tadi) gak usah diribetkan deh. Kalau masih bisa didelegasikan pada yang lebih ahli,
why not? Atau kalau masih bisa ditunda (bilang malas aja susah) lebih baik mengerjakan yang lain dulu. Yang lebih urgen. Seperti? Banyak lah, syuro, rapat (
podo wae), aksi (demo) sana sini, kombur, baca,
etc. Jadilah nyuci plus nyetrika sekali sepekan (ini udah termasuk rajin), jadwal masak sama seperti jadwal ujian (saking jarangnya), dan yang lainnya yang bisa buat malu diri sendiri. Jadi bisa disimpulkan, gak perempuan banget..
Walaupun itu hanya berlaku di perantauan, kalau di kampuang jangan haraplah rumus itu bisa dipake. Habislah emak merepet sepanjang hari. Lihat kita bengong dikit aja langsung deh, ceramah. Perempuan itu harus gesit, tangkas, bisa diandalkan, bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu (
multitasking mak) bla bla bla, entah apa lagi kualifikasi yang harus dimiliki seorang perempuan versi mamakku. Tapi begitupun aku sayang beliau,,, sayang sekali. Prototipe emak (perempuan) hebat dalam benakku, ya beliau.
Jadi kalau udah balik ke perantauan, teriak sendiri dalam hati. "Yeeeyyy, merdeka!" Astaghfirullah,,*ampun mak
Kalau sekarang?
Sekarang ya,
honestly masih belajar. Jadi perempuan bersertifikasi. Walaupun aku terkadang masih condong sedikit ke versi kedua tadi. Alasan klasik, malas. Dan masih banyak tugas lain yang lebih penting.
Masih menurutku ya, disamping keahlian tadi (urusan domestik), hal paling utama yang harus dimiliki seorang perempuan adalah cinta dan ketulusan. Satu lagi, totalitas. Ketiga sifat itu setidaknya akan menjadikan seorang perempuan menyadari apa perannya. Mau memperbaiki diri, karena banyak yang menunggu perannya. Khususon suami dan anak-anaknya. Madrasah peradaban.
Itu yang kupelajari dari
my mom. Meski masakannya sederhana, aku selalu rindu. Meski rumah tak selalu rapi, tapi itu tempat paling nyaman bagiku. Meski ia sering mengomel ini dan itu, tapi hanya dekapnya yang membuatku berani tegak setelah terjatuh...
Ya, karena beliau punya tiga hal tadi. Cinta, ketulusan, dan totalitas. Upayanya melakukan urusan domestik bukan karena terpaksa, atau ingin mendapat pujian tetangga, tapi hanya ingin memberi yang terbaik bagi seluruh penghuni rumah.
Gitu aja deh.
Seberapa perempuankah aku?
Tergantung apa parameternya. Kalau yang pertama yaitu urusan domestik, ku akui masih jauh ketinggalan dari perempuan sebenarnya. Kalau yang kedua (punya cinta, ketulusan, dan totalitas) juga sama, masih ketinggalan kereta.
Intinya..Belum perempuan kali lah pokoknya..
Masih belajar lah...
Alhamdulillah
Belum ada tanggapan untuk "Seberapa Perempuankah Aku?"
Posting Komentar