Hari ini ada sebuah
pemandangan menakjubkan yang kulihat. Tentang perilaku seorang anak yang tidak
biasa, yap ditengah tingkah anak yang aneh dan sering membuat orangtua naik
pitam, aku melihat anak yang satu ini berbeda. Berpakaian necis, usia sekitar
5-6 tahun, tampan, bersih, putih, menyenangkan wajahnya. Kalian tahu apa yang
dilakukannya? Saat ayahnya bekerja (sebagai pemilik kios kelapa parut) sang
anak tak mau kalah. Diambilnya serabut-serabut kelapa yang berjatuhan di kolong
kerja ayahnya dan satu persatu dimasukkan ke dalam tong sampah. Tak hanya bekas
kelapa, namun juga sampah plastik. Wah, manisnya.. saat sang ayah mengangkat
kelapa dari kereta sorong, si anak langsung sigap membantu “Sini-sini biar
kuangkat” kata-kata itu keluar dari lisannya begitu saja.
Dan tanpa banyak
cakap langsung naik ke kereta sorong dan dengan tangan kecilnya mengangkat
kelapa-kelapa itu untuk diturunkan. Sang ayah membiarkan tanpa komentar
apa-apa, terlihat seperti biasa dengan tingkah anaknya. Dan bagiku itu wujud
penghargaan sang ayah. Saat hari ini kita sering melihat orangtua melarang
anaknya melakukan ini dan itu, ayah yang satu ini membiarkan anaknya aktif
membantu, sudah seperti partner kerja saja.
Di perjalanan menuju kos pikiranku
menjawab sendiri pertanyaan yang juga muncul sendiri, mantra apa yang diberikan
orangtua pada si anak sehingga dia bisa berlaku seperti itu. Sebagian pikiran
yang lain langsung merespon. Dengan contoh dan teladan pastinya, dengan
kebijaksanaan, penghargaan dan perlakuan pada anak dengan sepatutnya
Di tempat yang masih berdekatan,
masih ada pemandangan menarik bagiku. Seorang remaja lelaki dengan rambut
awut-awutan seperti baru bangun tidur setia menunggu di parkiran pasar. Lama
kami disana dengan status yang sama, menunggu. Ternyata ia mendahuluiku
bersebab yang ditunggunya telah tiba. Seorang ibu dengan jilbab biru dan
belanjaan di kanan kirinya. Remaja ini dengan sigap memutar kendaraan dan
meletakkan barang belanjaan di kendaraan serta menunggu ibunya naik dengan
nyaman. Dan meluncurlah kendaraan mereka melewatiku. Biasa mungkin, tapi bagiku
itu menarik.
Remaja lelaki yang masih mau menunggu ibunya berbelanja itu
seperti sebuah anugrah dalam keluarga. Di tengah kondisi sebagian besar mereka
yang lebih sering rela menunggu pacar dibandingkan orangtua sendiri. Kembali
pikiranku menjawab sendiri pertanyaan yang juga bersumber dari pikiran yang
lain. Kebaikan, ketulusan, perhatian pasti itu yang didapat si remaja dari
ibunya, sehingga dengan rela ia menanti ibunya dengan sabar. Yap, apa yang kita
tanam itulah yang akan kita tuai. Sebuah peribahasa yang sepertinya ingin
melengkapi cerita dua sosok inspiratifku pagi ini. Anak-anak yang baik terlahir
dari orangtua yang juga baik. Like father like son, like mother like son, like
mother like daughter, atau apapun ungkapan senada lainnya cukup menjadi
perwakilan kisah mereka.
Artikel lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Nice Son's"
Posting Komentar