Bismillah
Hai Pengusaha (Mujahid) muda
Maju ke hadapan
Sibakkan Penghalang
Satukan Tujuan
Kibarkan panji Islam dalam satu barisan
Bersama berjuang kita junjung keadilan. (huh!)
Majulah wahai mujahid (pengusaha) muda
Dalam satu cita tegak keadilan
Singkirkan batas, satukan kata
Kebangkitan Islam telah datang#Mujahid Muda_Shouhatul Harokah
Selalunya lagu lawas ini memberi suntikan motivasi ketika orasi atau pawai kepada para peserta.
Sebenarnya lagunya sih Mujahid muda (tanpa embel pengusaha)
Aku aja yang mencoba membuat korelasi keduanya
Mujahid dan Pengusaha (yang sama-sama muda)
Apa saja korelasinya kira-kira?
Dari pengertian (makna) keduanya adalah kata benda..
Pengusaha adalah orang yang berusaha dengan kemampuan sendiri (tidak terikat dengan instansi)
Sedangkan mujahid adalah orang yang berjuang di jalan Allah
Terus?
Flashback cerita ketika aku bertemu salah seorang Prof. penguji setelah sidang Magister Sains (Ekonomi). Bertemu beliau dalam rangka menyerahkan revisi-an tesis pasca sidang sebelumnya.
Berhadapan dengan beliau, aku ditanya. Bukan tentang isi tesis. Tapi tentang kondisi riil negeri ini. "Menurut kamu, kira-kira apa masalah terbesar (mendasar) negeri ini?", tanya beliau.
Mikir agak lama, yang terbayang adalah nilai rupiah yang udah macam sampah (maksudku ngerti kan?). Maka kujawab dengan rada-rada cemas, "Nilai rupiah yang hancur pak"
"Kenapa begitu?" lanjut beliau
"Rupiah kita nilainya gak stabil karena terbuat dari kertas pak, harusnya kita beralih ke penggunaan emas dan perak (dinar
and dirham)" argumentasiku mentok sampai disitu.
Beliau menatapku yang masih terdiam kehabisan bahan.
"Kamu tahu apa itu arti ekonomi?" lagi tanyanya
"Dari bahasa artinya, ilmu rumah tangga pak,
oikos dan nomos""Jabarkan lebih detail, itu mah jawaban anak S-1"
Searching mesin pencarian,,, (hhaha, galau)
"Emm, ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat pemenuhan kebutuhan manusia terbatas pak"
Oke, kita lanjut. "Kamu tahu berapa jumlah pengusaha di negeri ini?"
"Sedikit pak, kurang dari satu persen dari total jumlah penduduk" (pernah dapat isu, entah darimana lupa)
Maka mulailah beliau memberi wejangan.
"Iya, negeri ini kekurangan jumlah pengusaha. Kita di didik untuk memiliki mental pekerja. Jika sebuah negara ingin maju, maka minimal jumlah pengusahanya harus diatas lima persen dari total jumlah penduduk. Berarti kita masih kekurangan jumlah pengusaha sebanyak empat persen dari 200 juta, ya sekitar delapan juta lagi lah kira-kira."
"Terus kamu, bekerja atau punya usaha?" cecarnya lagi
"Bekerja pak"
"Gak mau jadi pengusaha? katanya anak ekonomi, mentalnya belum anak ekonomi tuh."
Plak...! Itulah tamparan yang kuterima dari beliau
Yap, mental. Korelasinya disini
Antara pengusaha dan mujahid punya mental yang sama. Keduanya adalah yang punya tingkat keyakinan yang tinggi pada Allah, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya.
Pengen cerita ke Prof. itu tentang haru biru riwayat jatuh bangun usahaku (macam lagu aja). Semoga suatu saat aku berhasil membuat catatan tentangnya, perjalanan bisnisku.
Hhhh, sampai sekarang, cita-cita itu masih lekat dalam tempelan
dreams ku. Suatu saat insyaAllah aku akan punya bisnis besar, meski bukan aku pengelolanya. Hehehe. Bisnis yang mempekerjakan banyak orang. Membantu perekonomian banyak orang. Terus aku?
Owner (yang dititipi) dan pemberi gagasan/ide saja..
Kekagumanku membuncah pada sosok ibunda Khadijah, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Mushab bin Umair, dan sederet pengusaha di masa Rasulullah saw. Pun panutan kita (Rasulullah) juga seorang pengusaha..
Mereka, punya usaha, punya harta melimpah, tapi lihatlah kehidupan mereka, bersahaja. Mereka membeli syurga dengan harta yang Allah titipkan.
Sebutlah sosok Utsman bin Affan, lelaki pemalu yang sangat dermawan. Suatu hari masyarakat muslim Mekkah dihadapkan dengan masalah sumber air yang dibatasi penggunaannya oleh orang Yahudi.
Maka Utsman pun membelinya dan menyerahkan penggunaannya untuk masyarakat umum.
Free, no payment, apalagi
doubt.Hari ini, kita didikte. Kebijakan negeri ini banyak yang diintervensi. Oleh siapa? Kamu pun tahu kan siapa. Kita? Berkoar-koar di jalan menentang hegemoni asing yang semakin mencakar. Di dengar kah suara kita? Paling juga mereka nyeletuk, "Biarin aja, ntar juga lelah sendiri, pas haus minum Aq*a" hahaaha
Kawan, aku hanya ingin mengajakmu, kita semua, khususnya diriku. Bekerja apapun kita hari ini, adalah sangat cerdas jika kita juga punya usaha. Meski masih sampingan, tak apalah untuk pemula.
Maka, apresiasi sangat tinggi ketika semakin banyak pemuda yang belajar berdikari. Sejak mahasiswa sudah menenteng dagangan ini dan itu. Ke kampus tak hanya bawa diktat, tapi tas nya penuh dengan beragam dagangan. Sekarang lebih canggih lagi. Bawa lapak kemana-mana (dalam
smartphone). Muantab lah pokoknya.
Pasca kuliah apalagi, semakin mantap meniti hari. Menjadi Pengusaha (Mujahid) yang masih muda.
Yok kita penuhi kuota 8 juta an kekurangan jumlah pengusaha negeri ini. Kamu mau kan jadi salah satunya? Iya, semua kamu yang baca tulisan ini.
*Aku, mau usaha apa ya? Gubrak!
Alhamdulillah
Belum ada tanggapan untuk "Kita Yang InsyaAllah Pengusaha (Mujahid) Muda"
Posting Komentar