Resensi Buku (Bulan Terbelah di Langit Amerika)
Judul : Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Tahun Terbit : November 2014 (cetakan keenam)
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 335
Bismillah
Saat (Hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah. (QS 54:1)
Novel ketiga dari duet penulis hebat kali ini berkisah tentang pengalaman mereka selama berkunjung ke Amerika. Rangga yang harus mempresentasikan jurnal doctoralnya di Washington DC dan Hanum yang mendapatkan tugas dari tempatnya bekerja untuk membuat tulisan tentang peristiwa 11 September 2001. Perjalanan yang sarat hikmah, dan mereka dedikasikan untuk seluruh saudara di dunia, para pencari keajaiban Tuhan...
Dipembukaan kita disuguhi sebuah fakta baru tentang satu komunitas yang menamakan diri mereka Mu Lan Pi, yang ternyata memiliki andil sangat besar terhadap masuknya ajaran Islam di benua Amerika. Mu Lan Pi ini adalah pelaut-pelaut muslim yang telah berlayar jauh sampai ke daratan yang masih sepi manusia. Daerah yang mereka jejaki inilah yang kemudian berganti nama menjadi California.
Kita pasti percaya bahwa tak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini. Termasuk bertemunya Hanum dengan Fatma Pasha yang akhirnya menjadi perantara bagi Hanum untuk bekerja di salah satu surat kabar di Wina, Austria (lengkapnya di novel 99 Cahaya di Langit Eropa). Pekerjaan inilah yang akhirnya membawa Hanum harus menggali sejarah masuknya Islam di benua Amerika. Mencari narasumber yang memenuhi kriteria jurnalisme. Membuktikan tanya sarkasme tentang dunia tanpa Islam. Menjalankan perannya sebagai seorang agen muslim yang baik di tengah belantara media yang sangat memojokkan keyakinannya.
Konflik pertama pada perjalanan enam hari di Amerika ternyata harus memberi sedikit gesekan terhadap hubungan Hanum dan Rangga. Bagaimana tidak, mereka harus menyelesaikan misi besar mereka dengan tenggang waktu yang sangat terbatas. Tak dinyana, Hanum dan Rangga harus terpisah saat ada kerusuhan di Ground Zero, tempat jatuhnya pesawat yang menabrak WTC Tower.
Di tengah kepanikan yang mendera, Hanum akhirnya bertemu dengan dua narasumber yang cocok untuk tulisannya. Michael Jones, lelaki paruh baya yang memimpin aksi menentang pembangunan masjid di area Ground Zero dan Julia Collins, seorang penjaga museum di area Ground Zero.
Menurut Hanum, narasumber ini pas untuk memberikan tanggapan mereka tentang pertanyaan yang bernada pernyataan,
Would the world be better without Islam? Hanum ingin jawaban dari pertanyaan tersebut adalah
that absolutely not true, tapi dilihat dari dua sisi yang berbeda. Itulah mengapa Michael Jones dan Julia Collins sangat tepat dijadikan sebagai referensi.
Michael Jones, seorang nonmuslim yang akhirnya harus kehilangan istri yang sangat dicintainya, Anna Jones pada peristiwa nahas 11 September 2001. Anna bekerja di salah satu perkantoran elit di dekat gedung WTC. Maka saat wawancara dengan Hanum, ia tidak memberi jawaban ya atau tidak atas pertanyaan Hanum. Ia hanya bertanya, mengapa Islam setega itu melakukan pembunuhan massal. Sebagian besar masyarakat Barat, termasuk AS menyakini bahwa yang melakukan aksi terorisme pada peristiwa nine eleven adalah Islam. Sehingga muncullah para islamfobia di dunia Barat.
Sementara Julia Collins adalah seorang mualaf yang juga harus kehilangan suami tercintanya saat tragedi tersebut. Ibunya yang semula memang tidak setuju dengan pernikahannya dengan seorang muslim, semakin mendapat pembenaran pasca peristiwa tragis tersebut. Ibunya yang menderita penyakit Alzheimer (pengerutan otak) selalu emosi ketika melihat Julia mengenakan hijab atau ketika tiba-tiba teringat tentang anaknya yang telah menikah dengan seorang muslim. Karena berbagai peristiwa tersebut Julia akhirnya memutuskan untuk melepas hijabnya dan tidak membicarakan apapun tentang Islam maupun Abe, almarhum suaminya.
Wawancara bersama Julia semakin membuka fakta baru tentang Islam di daratan Amerika. Berdasarkan bukti sejarah yang ada ternyata Colombus bukanlah penemu benua Amerika. Karena ketika Colombus tiba di benua tersebut, telah ada penghuninya yaitu orang-orang bertubuh tegap berbalut berjubah, berhidung mancung, dan berkulit merah. Inilah yang kemudian dikenal suku Indian, suku asli benua Amerika. (hlm.132)
Sebenarnya, alasan mengapa Eropa merespon negatif masuknya agama Islam dan agama samawi lainnya di daratan Amerika, adalah karena trauma masa lalu yang dikenal dengan Dark Ages. Dimana atas nama keTuhanan mereka melarang perkembangan ilmu pengetahuan dan kebebasan. Ditambah lagi tragedi 11 September 2001 yang semakin meyakinkan mereka bahwa kehadiran agama hanyalah akan menambah kehancuran kehidupan dunia.
Keputusan Julia untuk berpindah pekerjaan ke museum 9/11 bukanlah tanpa sebab. Harapan terbesarnya adalah dia mengetahui bagaimana saat-saat terakhir menjelang kematian suaminya. Dia berharap, dari sekian ribu korban peristiwa tersebut ada yang mengenal suaminya dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Karena, peninggalan satu-satunya dari sang suami adalah rekaman telepon perpisahannya yang terputus.
Adapun Rangga, di tengah kegusarannya tentang nasib sang istri, ia tetap harus menghadiri konferensi ilmiah yang membahas tentang Strategi Business in Uncertain World. Dengan pembicara utama Phillipus Brown, seorang filantropi yang menghabiskan banyak kekayaannya untuk aksi kemanusiaan. Pada kesempatan yang tidak terduga, Rangga akhirnya bisa berbincang dengannya dan bertanya alasan apa yang mendorongnya
untuk menjadi seorang filantropi.
Disinilah akhirnya Brown bercerita tentang banyak hal, tentang ketimpangan yang dianalogikannya dengan bahasa yang lugas. Betapa banyaknya orang kaya yang menumpuk makanan di restoran mahal tapi hanya menyicipnya sedikit dan kemudian membuangnya ke tong sampah.
Sementara di belahan dunia lain, banyak manusia yang kelaparan dan harus berebut dengan lalat untuk sekedar mendapatkan nasi basi. Betapa banyaknya manusia yang berjubel antri untuk mendapatkan tiket konser atau menonton bola, dengan harga selangit sementara di belahan dunia lain banyak manusia yang antri demi mendapatkan sembako murah atau pasokan air bersih yang langka.
"Rasanya, botol yang kecil terkadang ditutupi oleh penutup yang kebesaran, sementara botol yang besar ditutupi oleh penutup yang kekecilan. Andai dunia ini mempertemukan botol kecil dengan penutup kecil dan botol besar dengan penutup besar, tentu tidak ada kemubaziran. Tentu tidak akan ada kepincangan. (hlm.198).
Disparitas yang terjadi saat ini antara orang kaya dengan orang miskin. Realitas yang gak bisa kita pungkiri, bahwa di satu tempat banyak orang yang menimbun hartanya, membuang-buang makanannya dengan pongahnya, sedang di belahan dunia lainnya banyak orang yang begitu sulitnya menemukan makanan layak untuk mengganjal perutnya. Dunia bukan kekurangan sumber daya alam, dunia sungguh penuh kelimpahan.
Hanya saja, manusia tidak sadar, bahwa apa yang dimilikinya adalah amanah Tuhan yang harus diberdayakannya sesuai petunjuk Tuhan. Jumlah populasi umat manusia tidak perlu dikurangi dengan berbagai agenda, sikap manusialah yang harus diperbaiki untuk mau saling berbagi. Harta, kelapangan, ilmu, dan sebagainya, yang Tuhan titipkan sejenak untuknya.
Sebagai
keynote speech pada konferensi bisnis bergengsi tersebut Phillipus Brown mengungkapkan konsep berbagi yang dianutnya,
" The more you give your dollars to the needy, the more dollars God the Almigthy gives you with charm. The more you don't give,...maybe the more God the Almighty gives you too, but He gives pain within your dollar" (hlm. 214)
The Power of Giving in Business, not bukan hanya
CSR (Corporate Social Responsibility) atau sosial lisensi semata.
Business profit doesn't result from what we get, but from we give. Business is love made visible (membangun bisnis adalah perwujudan cinta yang sebenarnya; cinta kepada sesama manusia; cinta kepada alam semesta dan penciptanya).
Irrational Theory.
Bagi Brown, semua orang di muka bumi ini adalah teroris tatkala tangan mereka menggenggam kekayaan tetapi tidak menyedekahkannya untuk umat lain yang terseok-seok kehidupannya. Semua adalah teroris ketika ketamakan terhadap kekuasaan, kekayaan, harta, dan rupa-rupa mengungguli empati dan simpati terhadap mereka yang kekurangan. (hlm.234)
Alasan yang kemudian menjadi penyebab Phillipus Brown menjadi seorang filantropi ternyata adalah karena rasa hutang budinya pada seseorang yang telah menyelamatkan jiwanya. Seseorang yang mengajarinya ikhlas untuk berbuat baik tanpa pamrih. Dan bagian pembicaraan Brown ini dilewatkan oleh Rangga karena satu hal.
Akhirnya, ketika Rangga membantu Hanum untuk mengirimkan surel ke Gertrud sang pimred tempat istrinya bekerja, dan diwaktu yang tidak berselang lama ia juga sedang mengirim rekaman presentasi Brown kepada sang Profesor, barulah kemudian kepingan puzzle yang selama ini terserak itu terkumpul.
Tentang keinginan Julia Collins untuk mengetahui akhir kematian suaminya, tentang siapa sebenarnya yang menolong Brown ketika berjuang menyelamatkan diri pada saat peristiwa 9 September, dan apa sebenarnya yang terjadi dengan Anna ketika musibah tersebut terjadi...
Semua itu terjawab pada acara
live programm CNN TV Heroes. Di bagian ini, aku yakin teman-teman pasti menitikkan air mata haru. Ternyata, Ibrahim "Abe" Hussein adalah sosok yang menyelamatkan Brown dan menginspirasinya untuk menjadi pribadi yang ikhlas. Tentang Anna yang akhirnya memutuska untuk terjun dari ketinggian gedung karena tak tahan dengan asap yang mengganggu pernafasannya yang memang
menderita asma. Tentang bagaimana akhir hidup Abe yang selama hampir satu dekade menjadi pertanyaan yang menghantui Julia.
Sejak saat itulah Brown bertekad akan mengabdikan hidupnya bagi kemanusiaan.
Ya, meski media banyak yang memojokkan Islam, tetap saja cahaya kebenaran itu bersinar. Tentang banyaknya muslim di muka bumi ini yang akan terus berupaya menjadi agen muslim yang baik...
Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian.
Islam tanpa amalan adalah kehampaan.
Amalan tanpa iman adalah kegelapan. (hlm. 334)
Untuk tambahan fakta bagi kita, berikut adalah beberapa bukti bahwa Islam pernah mewarnai dan berjasa pada Amerika. Dan semoga ada kesempatan melihat langsung ya guys...
- Visual Rasulullah saw di Supreme Court (Mahkamah Agung AS) yang dipahat oleh Adolph Weinman. Terlepas dari tidak bolehnya memvisualkan sang Nabi utusan Allah, Amerika mengakui bahwa Muhammad saw adalah salah satu dari "The Great Law Givers on Earth" Para Pencurah Keadilan di Atas Bumi.
- Di depan Fakultas Ekoomi di Harvard University, terpahat salah satu ayat Al Qur'an surat An Nisaa ayat 135, "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak atau kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya).
-Thomas Jefferson yang merupakan Presiden ke-3 AS memuat nilai-nilai Qurani dalam setiap tulisannya yang diabadikan dalam kubah museum Jefferson Memorial. Diantaranya,
"Almighty God hath created the mind free... All attempts to influence it by temporal punishments or burthens...are the departure from the plan of the Holy Author of our region... No man shall be compelled to be frequent or support any religious worship or ministry or shall otherwise suffer on account of his religious opinions or belief. (hlm. 171)
-Sultan Maroko, Mohammad bin Abdallah adalah orang yang pertama kali mengakui kemerdekaan AS.
- Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16, presiden pertama AS yang ditembak mati akibat upayanya untuk membela kaum kulit hitam. Ternyata presiden ini adalah seorang Melungeon (orang-orang yang terusir dari negerinya Andalusia).
Emm,, puisi ini semoga jadi bahan renungan bagi kita semua ya..
Ketika rembulan bertawaf dalam orbitnya setiap malam
Dia mengutus Sang Rasul Mutiara Istimewa
yang dari wajahnya terpancar cahaya seribu bulan.
Dengan kekuatan iman dan kesucian amalan,
dirinya pun membelah bulan;
atasNya memenuhi permintaan mereka sendiri.
Mukjizat itu tersuguh di depan mata.
Namun tak mudah ditelaah oleh lemahnya
pemahaman sang makhluk.
Sungguh makna mukjizat yang sebenarnya
bertahta jauh di atas sang bulan,
bintang, dan cakrawala angkasa.
Dan mereka masih saja mengingkari singgasanaNya. (hlm. 324)
Yuk terus tebarkan cahaya kemuliaan Islam...
Alhamdulillah
|
dok.pribadi |
Belum ada tanggapan untuk "Bulan Terbelah di Langit Amerika"
Posting Komentar