Judul : Notes From Qatar
Penulis : Muhammad Assad
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, 2011
Halaman : 304
ISBN : 9786020016993
Bismillah
Pertama
kali lihat profil penulisnya,, Masya Allah, Subhanallah. Betapa Maha Hebatnya
Allah menciptakan makhluknya dengan berbagai talenta. Lelaki (yang sudah
menikah) ini salah satunya, Muhammad Assad. Tahun 2011, di usia 23 tahun, sudah
lulus S1 Program Business Information Systems dengan predikat cum-laude dari
University of Technology Petronas, Malaysia. Saat kelulusan, beliau berhasil
menyabet tiga penghargaan sekaligus, yang langsung diserahkan oleh Mantan
Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr. Mahathir Mohamad.
Dan
dua tahun sesudahnya berhasil menyelesaikan program S2 Islamic Finance di
OFIS-Doha dengan predikat summa cum laude dan mendapat beasiswa penuh dari Emir
Qatar. Sekarang? Di usia 28 tahun udah jadi Presdir & Co-founder dari Sidra
Nusantara Group Ltd, perusahaan berbasis di Qatar yang bergerak di bidang
perdagangan, investasi dan keuangan.
Yang
lebih membuat ngiri, beliau udah menulis 5 judul buku dan semuanya best seller
bro n sist..ckckck. Keyen kali bah!
Kita
memang gak bisa menjiplak jalan hidup siapapun, karena toh kita juga punya
jalan sendiri untuk menuju tujuan. Tapi tak ada ruginya mengagumi dan mengambil
inspirasi dari jalan hidup orang-orang sukses di sekitar kita.
Nah,
dalam tulisan ini daku pengen share karya yang udah dilahirkan pemuda berkepala
plontos ini. hehehe.
Notes
of Qatar awalnya adalah kumpulan tulisan beliau selama tinggal di Qatar.
Bermula dari share pengalaman di negeri minyak ini, Assad merangkumnya di blog
pribadi dan rutin nge share setiap pekannya. Dari situlah kemudian ada
permintaan dari pembaca blog nya untuk mengirim tulisan tersebut ke penerbit.
Dan sekarang jadilah ia buku yang bertengger manis di toko-toko buku seantero
nusantara.
Wah,
harusnya semakin semangat nge blog ni. Ya kan guys..
Oke
deh, kita perbincangkan isi buku ini ya.
Buku
ini sebenarnya banyak berkisah tentang perjalanan hidup penulis di negeri rantau.
Mulai bagaimana perjuangan yang harus ditempuh sehingga akhirnya berhasil
mendapat beasiswa penuh baik dari Petronas (S1) maupun dari dari Emir Qatar
(S2). Perjuangan itu penulis rangkum dalam tiga kata, Positive, Persistence,
and Pray.
Positive
artinya lebih pada berpikir yang benar, terutama terhadap Allah dan diri
sendiri. Yakin dengan kemampuan diri dan pertolongan Allah bahwa apa yang
dicita-citakan akan tercapai. Positive bukan hanya di awal, tapi harus sampai
di akhir ketika tujuan tercapai. Saat di tengah perjalanan ada hal-hal yang
tidak diinginkan terjadi kita tetap menjaga pikiran positif kita. Terhadap diri
sendiri dan terhadap Allah pastinya.
Ini
jugalah yang dialamin penulis awalnya. Aplikasi beasiswa pertama yang ditolak
di Nanyang Technological University (NTU), menyusul penolakan yang kedua di
National University of Singapore (NUS) sedikit banyak memberi tekanan
psikologis bagi penulis. Namun saat sikap Positive itu ada maka diupayakanlah
beasiswa di universitas lainnya. Dan akhirnya penulis diterima di University of
Technological Petronas (UTP).
Saat
satu kesempatan bukan milik kita, pasti Allah sudah menyiapkan kesempatan yang
lebih baik bagi kita. “Boleh jadi engkau membenci sesuatu padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu tetapi ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” [QS Al Baqarah (2): 216].
Persistence
artinya terus - menerus berusaha dan tidak menyerah. Mengutip perkataan mantan
PM Inggris, Sir Winston Churchill, “Success is going from one failure to
another failure without losing enthusiasm.”
Atau perkataan mantan Presiden
Afrika Selatan, Nelson Mandela yang bilang kalau persistence itu dengan kalimat
ini, “The greatest glory in living lies is not in never falling, but in raising
every time we fall.”
Pray
artinya berdoa. Seperti yang Allah firmankan dalam kalamNya. “(Dan) Tuhanmu
berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu” [QS Ghofir
(40) : 60]. Sebuah pepatah mengatakan, “Doa tanpa usaha adalah bohong dan usaha
tanpa doa adalah sombong.”
Setelah
ikhtiar sekuat daya, saatnya adalah menyerahkan keputusan terbaik pada Allah.
Kemudian
isi lain dari buku ini adalah pengalaman penulis merasakan secara langsung
keajaiban sedekah. Benar-benar fantastik bro n sist.
·
Saat penulis pengen nonton pertandingan
sepak bola antara Brazil dan England di kursi paling nyaman dimana harga tiket
VIP 500 QR dan VVIP 700 QR. Kekuatan sedekah penulis yang 50 QR (dan kemurahan
Allah tentunya) akhirnya mengantarkan beliau bisa nonton di kursi VVIP. Yey!
·
Kesempatan yang lain ketika penulis
hendak pulang ke Indonesia. Beli tiket ekonomi (8 juta) tapi kemudian dikasi
tempat duduk business class (18 juta). Inget-inget apa yang udah dibuat sampe
dapat berkah yang buat speechless, dan keinget bahwa sebelum menuju Airport
penulis menyedekahkan 60 QR (180rb) ke salah seorang jamaah sholat isya yang
ditemuinya. Dan pas mau balik ke Qatar, tetep beli yang ekonomi tapi luarbiasa
alhamdulillah subhanallah dapat business class lagi. Amazing!
·
Dan keajaiban lainnya yang dikupas tutas
di buku ini.
Penulis
juga mengangkat tema-tema yang lain di buku ini. seperti esensi Idul Adha,
tentang bersyukur, dan tema menarik lainnya. Kudu baca ya guys..
Alhamdulillah
Belum ada tanggapan untuk "Resensi"
Posting Komentar